Selain Tetralogi yang ditulis Pram pada masa
pengasingannya di pulau Buru, beliau juga menulis novel-novel lainnya yang juga
sangat layak dan patut dibaca. Tiga di antara sekian puluh novel yang beliau tulis,
dan hampir menjadi bacaan wajib penggemar sastra adalah Gadis Pantai dan Arok Dedes.
Namun, ada juga novel yang beliau tulis dalam bentuk naskah drama, yaitu Mangir
yang mengisahkan mengenai sebuah desa perdikan yang sulit ditaklukan oleh Mataram
pada masa itu.
Gadis Pantai
Gadis Pantai merupakan novel yang ditulis oleh Pramoedya
berdasarkan kisah neneknya sendiri. Di sini, diceritakan mengenai seorang Gadis
Pantai yang menjadi (istilah sekarang) selir dari seorang priyayi yang pada akhirnya
mengandung dan melahirkan anak bagi bangsawan tersebut. Namun, karena yang dilahirkannya
adalah seorang perempuan, bangsawan tersebut marah dan akhirnya mengembalikan gadis
pantai pada keluarganya. Di dalam buku ini, kita akan dihadapkan pada ironi dan
kemirisan hidup seorang wanita di zaman dahulu, di mana dengan mudah seorang wanita
ibarat menjadi barang yang seenak hati dipilih kemudian bisa dicampakkan sesuka
hati. Novel Gadis Pantai sebenarnya terdiri dari 3 novel, tetapi karena suatu hal,
pada masa orde baru, kedua novel lainnya dibakar dan dihancurkan.
Arok Dedes
Arok Dedes mengisahkan kembali cerita mengenai zaman singosari
akan terbangun. Pram memiliki pikirannya sendiri mengenari Arok Dedes ini. Tidak
ada hal mistis di dalam buku ini, seperti di cerita-cerita dalam buku sejarah. Cerita
murni soal pemberontakan dan intrik-intrik politik antara Arok (yang diceritakan
sangat cerdas dan pintar) yang berusaha merebut kepemimpinan Tunggul Ametung. Ceritanya
benar-benar bagus. Kita disuguhi intrik politik dalam kerajaan, serta latar cerita
yang terjadi bertahun-tahun lampau itu pun terlihat sangat meyakinkan. Di dalam
cerita ini, kita disuguhi berbagai filosofi hidup yang penuh makna.
Mangir
Drama mangir mengisahkan mengenai sebuah desa perdikan
yang dipimpin oleh seorang Wanabaya yang berkeras tidak ingin bergabung dengan kerajaan
Mataram. Karena hal tersebut, akhirnya sultan Mataram pun mengirimkan telik atau mata-mata yaitu putrinya sendiri
untuk merayu Wanabaya dan menggodanya. Sehingga pada akhirnya Wanabaya pun terpikat
pada Pambayun. Namun, pada akhirnya, pambayun justru jatuh cinta pada suaminya sendiri.
Berbeda dengan Arok Dedes dan Gadis Pantai, Mangir ditulis
berupa teks drama. Dan, sebelum disuguhi teks drama itu, kita akan disuguhi beberapa
tokoh dalam drama seperti wanabaya, pambayun, sultan, lalu ada lagi Baru Klinthing
yang pintar dan panjang akalnya. Pernah dengar nama Baru Klinthing? Dia yang ada
di dalam legenda-legenda, yang dikatakan berbentuk seperti ular.
0 komentar:
Posting Komentar